BRANCHLESS BANKING (GLOBAL VS REGIONAL)
Melanjutkan
pembahasan tentang Branchless Banking ( BB ) kita akan coba melihat
lebih jauh kenapa perlu adanya BB. Untuk kita pahami sesuai dengan pembahasan
sebelumnya tentang istilah BB, kita berpatokan pada istilah BB sebagai kegiatan
layanan transaksi bank dengan kriteria sebagai berikut :
1. Tanpa melalui kantor cabang bank
2. Menggunakan agen yang bekerjasama
dengan bank
3. Nasabah bisa melakukan transaksi sendiri
atau menggunakan agen
4. Fitur transaksi yang sederhana/basic
feature
5. Layanan murah/low cost transaction
6. Ditujukan khususnya untuk
segmen bawah atau unbanked
BB
sebagai salah satu bentuk inisiatif financial inclusion sangat
membantu untuk memajukan perekonomian suatu negara melalui peningkatan
akses masyarakat terhadap jasa layanan bank sehingga ultimate goal bank
sebagai unit usaha pembiayaan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Studi-studi
yang dilakukan oleh berbagai lembaga pemerintah, swasta, asosiasi,
perusahaan keuangan maupun lembaga donor menyimpulkan beberapa hal kenapa
perlunya BB. Berikut kami sampaikan kenapa BB :
1. Seperti halnya dinegara negara
berkembang Indonesia termasuk didalamnya, akses layanan perbankan masyarakat
bawah masih kurang bahkan beberapa negara dapat dikatakan kurang sekali.
Indonesia sendiri berdasarkan survey Bank Dunia tahun 2010 berkisar 49% dari
populasi belum terlayani. Negara-negara lain seperti Pakistan 85%, Filipina
75%, China 60% dan India 55%. Thailand dan Malaysia justru lebih rendah
dari Indonesia.
2. Pembukaan kantor bank yang
memerlukan investasi dan biaya operasional yang mahal. Sebagai
gambaran rata-rata biaya investasi yang dibutuhkan bisa sekitar 1,5
milyar dengan biaya operasional tahunan sekitar 900 juta per kantor
3. Konsentrasi
lokasi perbankan banyak didaerah perkotaan atau urban yang padat. Hal
ini dikarenakan potensi bisnis yang secara kasat mata sudah jelas terlihat
menguntungkan bagi bank. Kalaupun ada di rural area, dapat dipastikan merupakan
area yang padat aktifitas ekonomi, berkembang sehingga secara ekonomis bank
melihat feasibility membuka bank didaerah tersebut menguntungkan.
4. Persepsi masyarakat bawah terhadap
layanan bank. Mereka melihat bank sebagai sesuatu yang tidak untuk mereka (bank
is not for me). Sejatinya mereka justru dalam keseharian bersentuhan secara
tidak langsung dengan layanan keuangan (financial service) yang juga dilakukan
bank. Namun karena persepsi, mereka cenderung melakukannya dengan lembaga
yang bukan bank antara lain koperasi dan perorangan. Persepsi yang mereka
miliki bahwa :
·
Berhubungan dengan bank harus punya uang banyak dan hanya
untuk orang kelas atas berduit
·
Harus meluangkan waktu khusus ke bank karena jarak yang jauh
dari tempat aktifitasnya sehari hari
·
Prosedur berhubungan dengan bank berbelit belit, banyak
aturan dan wajib diikuti
·
Harus antre untuk bertransaksi yang hanya untuk
kebutuhan sederhana seperti setor atrau tarik dengan jumlah kecil misalnya Rp.
10.000,--
·
Biaya transaksi yang mahal, misalnya kirim uang kena biaya
Rp. 25.000,--
·
Produk atau layanan bank tidak dirancang untuk mereka dengan
kondisi keuangan yang tidak tetap
·
Ada kecenderungan diskriminasi dalam pelayanan terhadap
mereka, menganggap mereka tidak punya uang sehingga layanan yang diterima
berbeda.
5. Potensi besar segmen bawah
yang belum tergarap. Jujur kita akui bahwa aktifitas ekonomi sebagian
besar digerakkan oleh sektor ekonomi kelas bawah seperti usaha-usaha mikro yang
masih dilaksanakan melalui mekanisme tunai. Berdasarkan data kurang lebih
sebesar Rp. 300 triliun uang tunai ditransaksikan lewat segment ini. Apabila
jumlah tersebut masuk ke sistem perbankan dan disalurkan bank kembali dalam
bentuk kredit ke meraka, tentunya akan menjadi stimulus penggerak perekonomian
yang sangat besar. Efisiensi dalam pengeloaan uang tunai oleh BI pun akan dapat
ditingkatkan dengan adanya penggunaan transaksi melalui branchless banking.
6. Kemajuan teknologi khusus dalam
berkomunikasi. Adanya tingkat penetrasi yang tinggi perusahaan
telco ke masyarakat bawah melalui penggunaan telepon seluler, menyebabkan
timbulnya pemikiran bagaimana memanfatkan kemajuan cara berkomunikasi ini untuk
menembus layanan keuangan ke segmen dimaksud dengan memanfatkan keunggulan -
keunggulan yang dimiliki perusahaan telco.
Hal-hal
tersebut diatas, mengkondisikan perlunya BB dan saat ini sedang berkembang di
negara-negara Asia Pasific, Africa dan Amerika Latin. Asia
merupakan emerging market termasuk Indonesia yang baru mulai memasuki era
ini, meskipun aturan terkait penerapannya masih dalam persiapan oleh BI.
Demikian
hal-hal terkait kenapa perlunya branchless banking.
KANTOR BANK TANPA CABANG
Layanan
lembaga keuangan formal seperti perbankan di negara-negara berkembang hanya
dapat menjangkau sebagian kecil warga negara sehingga berbagai otoritas
keuangan menggalakkan program inklusi finansial. Masyarakat bawah enggan
berhubungan dengan bank misalnya karena mereka sudah membayangkan mahalnya
berurusan dengan bank. Sementara bank juga menilai melayani masyarakat bawah
membutuhkan biaya yang lebih besar. Namun lembaga keuangan memegang peran
penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan sehingga
upaya menjangkau masyarakat bawah tetap harus dilakukan. Bahkan lembaga
Konsultan Economic Develoment Service (EDS) menilai lembaga keuangan berperan
dalam upaya pengurangan kemiskinan di Indonesia.
Peter
menilai inisiatif yang dilakukan Bank Indonesia (BI) dalam upaya meningkatkan
inklusi keuangan sudah sesuai dengan upaya mengurangi kemiskinan. Inisiatif itu
antara lain program pendidikan keuangan (Ayo ke Bank), promosi produk tabungan
dengan biaya rendah (Tabunganku), peningkatan kapasitas bank
pembiayaan/perkreditan rakyat, program kemitraan, penyusunan database UKM,
proyek percontohan dan panduan pelaksanaan "branchless banking" (bank
tanpa kantor cabang". Berdasarkan data Kemensos pada Februari 2013, jumlah
penduduk miskin di Indonesia sudah berkurang 540 ribu dari total 29 juta
penduduk miskin pada tahun 2012. Rendahnya keterjangkauan masyarakat atas
layanan lembaga keuangan juga dihadapi Pakistan pada tahun 2008. Pada 2008
jumlah penduduk dewasa (lebih dari 15 tahun) Pakistan mencapai 120 juta jiwa di
mana sebanyak 60 persen tinggal di pedesaan dan 40 persen tinggal di perkotaan.
Sementara jumlah kantor cabang bank mencapai 11.000 di mana 30 persen di
pedesaan dan 70 persen di perkotaan.
Sementara BI meluncurkan proyek
percontohan perbankan tanpa kantor cabang di delapan provinsi pada pertengahan
Mei 2013. Proyek percontohan itu mengikutsertakan lima bank dan perusahaan
telekomunikasi. Pelaksanaan
uji coba itu akan berlangsung Mei-November 2013. Pelaksanaan uji coba perbankan
tanpa kantor cabag dilaksanakan di Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Jawa
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan.
Adapun lima bank yang mengikuti program itu adalah Bank Mandiri, Bank Rakyat
Indonesia (BRI), Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), CIMB Niaga, dan Bank
Sinar Harapan Bali. Sedangkan tiga perusahaan telekomunikasi yang ikut yaitu
Telkomsel, XL, dan Indosat. Program percontohan perbankan tanpa kantor cabang
itu diharapkan dapat menjadi pondasi dalam proses perluasan akses khususnya
bagi masyarakat pedesaan kepada lembaga keuangan formal.
Pemberian
layanan perbankan tanpa kantor cabang tidak dilakukan melalui kantor fisik bank
atau perusahaan telekomunikasi, namun menggunakan sarana teknologi dan jasa
pihak ketiga atau agen yang disebut unit perantara layanan keuangan (UPLK) dan
juga melalui tempat penguangan tunai (TPT). BI menuangkan aturan percontohan
bank tanpa kantor dalam Pedoman Uji Coba Layanan Branchless Banking' pada 30
April 2013.
BTPN
melaksanakan uji coba perbankan tanpa kantor cabang sejak Mei hingga November
2013. Uji coba dilaksanakan di dua provinsi yaitu Jawa Barat dan Bali. Di Jawa
Barat, uji coba dilakukan di Kabupaten Bogor dengan mengambil tiga kecamatan
yaitu Darmaga, Ciampea dan Cibungbulan. Tiga kecamatan itu dipilih karena di
daerah tersebut terdapat banyak nasabah prasejahtera, nasabah mikro, pekerja
informal dan mahasiswa. Sementara itu untuk mendukung layanan branchless banking
itu, BTPN membuka produk btpn WOW yaitu layanan perbankan melalui telepon
selular (ponsel) dengan biaya murah yang dapat diakses dengan ponsel termurah
dan di area yang minim sinyal. Selama masa uji coba "agent banking"
hingga November 2013, akses layanan bank melalui agen masih akan terbatas.
Namun setelah itu peran agen (sebagai perpanjangan tangan bank) untuk
memperluas jangkauan layanan kepada nasabah akan menjadi sangat penting.
http://branchlessbkg.blogspot.com/
http://www.antarasultra.com/print/267660/branchless-bangking-diyakini-dapat-jangkau-masyarakat-bawah